Zairuddin Pasaribu (kiri) penjaga makam menjelaskan mengenai makam Mahligai merupakan perkuburan bersejarah yang menandakan masuknya agama Islam pertama ke Indonesia pada Abad ke VII Masehi di Desa Aek Dakka, Kec. Barus, Kab. Tapanuli Tengah, Sumut, Senin (10/5). |
Seorang warga Barus, Iswandi Purba (64), Senin mengatakan, kunjungan wisatawan Malaysia itu dilakukan untuk melihat secara langsung situs yang memiliki nilai sejarah cukup tinggi yang terdapat di daerah itu.
Menurut Barus, selain kedatangan wisatwan dari luar negeri itu, juga wisatawan nusantara dari Yogyakarta, Bandung, Makassar, Sumbar, Medan dan beberepa daerah lainnya.
Kunjungan wisatawan tersebut, menurut dia, jelas membuktikan bahwa Kota Tua Barus ini sudah cukup dikenal memiliki dan menyimpan situs bersejarah dan merupakan masuknya Agama Islam yang pertama di Indonesia.
Oleh karena itu, katanya, Kota Tua Barus itu perlu mendapat perhatian yang cukup besar oleh Pemerintah Pusat, dengan membangun sarana berupa insfrastruktur jalan yang sudah mengalami kerusakan cukup parah.
“Kerusakan Jalan dari Kecamatan Sorkam menuju Kota Barus benar-benar luar biasa.Jalan penuh lobang dan bila hujan, kenderaan truk, mobil pribadi yang melintas di lokasi tersebut sering terperosok, dan mangancam keselamatan bagi pengemudi roda empat tersebut,” kata Purba.
Menurut dia, beberapa bulan lalu, ada beberapa wisatawan Malaysia dan juga mahasiswa yang berkunjung ke lokasi Makam Mahligai mengeluhkan kerusakan jalan menuju Kota Barus itu.
Sebab, katanya, jalan menuju Kota Barus ini, bukan hanya berlobang-lobang, tetapi juga dapat membuat pengemudi mobil yang tidak hati-hati atau berpengalaman akan terbalik di tengah jalan.
“Jika jalan menuju Kota Tua Barus ini, sudah diperbaiki atau mulus, maka wisatawan dari berbagai negara akan mudah berkunjung untuk melihat makam-makam bersejarah yang terdapat di kota tersebut,” ucap Purba.
Selanjutnya, dia mengharapkan kepada pemerintah agar di lokasi tempat-tempat makam bersejarah itu dapat dibangun tempat-tempat istirahat atau berteduh, sehingga tamu-tamu yang berkunjung ke lokasi itu tidak kepanasan dan merasa betah.
“Kendala yang selama ini dihadapi wisatawan bila berkunjung ke makam tersebut itu, tidak adanya tempat peristirahatan yang memadai, sehingga bila mereka capek tidak bisa istirahat.Jadi sebahagian tamu-tamu itu
pikir-pikir untuk naik ke puncak bukit tersebut,” kata Purba.
Pedagang dari Arab
Salah seorang warga Barus, J Manullang (55) mengatakan, kedatangan Syekh dari Arab Saudi ke Kota Tua Barus awal mulanya hanya berdagang.
Selain itu, jelasnya, orang Arab tersebut juga bertujuan untuk mengembangkan ajaran Agama Islam di daerah Barus.
Di makam mahligai tersebut, menurut dia, juga terdapat makam Syekh Imam Khotil Muazamsyah Biktibai, Syekh Samsuddin Min Biladil Fansuri, Syekh Zainal Abidin, Syekh Ilyas, Syekh Samsuddin dan makam-makam lainnya.
Dia mengatakan, warga Barus lebih mengenal makam mahligai dan makam lainnya dengan sebutan makam “Aulia 44″ (empat puluh empat).
Tulisan kecil yang terdapat pada batu nisan makam mahligai beraksara Arab berisikan potongan ayat suci dalam Al Quran sering dianggap sebagai tempat yang memiliki nilai religius tinggi.
“Masyarakat dari Medan, Jakarta, Bandung dan Malaysia, Brunai Darussalam sering berkunjung ke makam mahligai tersebut,” kata Manullang.
Jalan nasional rusak
Sebelumnya, Kepala Balai Besar Jalan Wilayah Sumatera I, Wijaya Seta mengatakan, 750 kilometer lebih jalan nasional di Sumatera Utara rusak dengan tingkat kerusakan sedang hingga parah.
“Sekitar 33 persen (rusak) dari 2.281 kilometer jalan nasional yang ada di Sumut,” kata Wijaya Seta di Medan.
Dalam tiga bulan terakhir, kata dia, pihaknya telah memantau kondisi jalan nasional di Sumut berdasarkan arahan Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum (PU).
Dari pemantauan itu, sekitar 67 persen jalan nasional di Sumut dapat disebut mantap atau dalam kondisi cukup baik dan layak digunakan.
Sedangkan 33 persen dalam kondisi rusak.”Jadi, kurang mantap,”katanya.***4***
No comments:
Post a Comment