Prof. Dr. Meutia Hatta memberikan amanat |
Salah seorang tokoh Agama Drs H Habibuddin Pasaribu dalam kata sambutannya menyampaikan terima kasih atas perhatian Prof. Dr. Meutia Hatta datang ke Barus dan berminat untuk lebih mengetahui sejarah Kota Tua Barus yang bertuah. Kata Habibuddin Pasaribu setiap pejabat, pengusaha dan masyarakat umum yang datang ke Barus pastilah terkesan dan mengenang cerita, budaya, sejarah Islam di Barus sepanjang perjalanan hidup. Dengan kunjungan ini harap Habibuddin, potensi dan segala sesuatu yang bisa digali dan dikembangkan dapat terwujud dengan baik, nantinya.
Diacara yang sama puteri almarhum proklamator Indonesia Bung Hatta yang datang bersama suami ini menyampaikan kesan dan pesan kedatangannya ke Barus. Beliau merasa puas dan sangat menikmati masakan Barus yang di sajikan seperti gule Pari dan Kapeh-kapeh. ”Saya baru pertama kali makan ikan Pari, ternyata tulangnya juga bisa dimakan. Tak lupa Meutia menyampaikan kegembiraannya hari itu, karena bertepatan ulang tahun pernikahan ayah bundanya,” kesan Meutia.
Dikatakan Meutia Hatta, adapun tujuan kunjungan ini dilaksanakan yaitu untuk menghimpun berbagai masukan melalui wawancara dan pengamatan langsung di lapangan untuk dijadikan sebagai laporan kepada presiden dalam konteks pembangunan dan pendidikan karakter bangsa.
Prof. Dr. Meutia Hatta, Bupati Tapanuli Tengah Raja Bonaran Situmeang, SH. MH dan Bapak Sri Edi Swasono saat pertemuan dengan masyarakat nelayan di Desa Kade Tigo |
Prof. Dr. Meutia Hatta Bupati Tapanuli Tengah Raja Bonaran Situmeang, SH. MH. Wakil Bupati Tapanuli Tengah foto bersama di depan Sumur Nomensen |
Bupati Tapanuli Tengah Raja Bonaran Situmeang, SH. MH. memberikan penjelasan kepada Prof. Dr. Meutia Hatta tentang Makam Mahligai saat mengunjungi makam tersebut |
Prof. Dr. Meutia Hatta yang gemar fotografi mangambil foto salah satu batu nisan bersejarah di komplek Makam Mahligai |
Prof. Dr. Meutia Hatta didampingi Bupati Tapanuli Tengah Raja Bonaran Situmeang, SH. MH. saat turun dari komplek Makam Papan Tinggi |
Camat Barus, Syapwan Pohan SE menjelaskan bahwa sulaman ini berasal dari Desa Kampung Mudik. Ini dipakai saat pesta budaya pesisir seperti, acara pernikahan, penyambutan pemimpin.
”Kita akan bina penyulam tradisional ini, bagaimana agar bisa dapat tambahan modal dan cara pemasarannya. Dengan telah disaksikan oleh Wantimpres, barangkali bisa menjadi perhatian khusus nantinya,” jelas Camat Barus ini.
Sumber: www.tombakn.blogspot.com; www.metrosiantar.com
No comments:
Post a Comment