BARUS SEHARUSNYA JADI CAGAR BUDAYA

03 May 2012

Puluhan Nisan Kuno Telantar di Barus, Sumut

Nisan Makam Komplek Palinsir
PUTRA BARUS - Yang dimaksud dengan pemberitaan detikNews Selasa, 27/12/2011 16:20 WIB ini adalah Komplek Pemakaman Bukit Palinsir.

Medan Puluhan nisan kuno yang bernilai sejarah tinggi dibiarkan telantar di Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara (Sumut). Miris dengan kondisi ini, sejarawan meminta pemerintah setempat mengambil langkah penyelamatan.

Kepala Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial (Pussis) Universitas Negeri Medan (Unimed) Ichwan Azhari menyatakan, batu-batu nisan itu berserakan serta ada yang dionggokkan dan ditumpuk-tumpuk seadanya di pinggir jalan. Lokasinya berada sekitar 150 meter dari jalan raya dan berjarak sekitar 1,5 kilometer dari kompleks makam legendaris Papan Tinggi, Barus, Tapteng.



"Sangat disayangkan, padahal nisan-nisan ini memiliki keterkaitan dengan kompleks makam Ambar yang terletak di Desa Pananggahan, Barus," kata Ichwan Azhari kepada wartawan di Medan, Selasa (27/12/2011).

Ichwan yang juga Kordinator Peneliti Situs-situs Dunia di Sumut menyatakan, area penemuan batu nisan tersebut merupakan perbukitan yang diduga merupakan kompleks makam Islam lainnya di luar lima kompleks pemakaman lainnya seperti kompleks makam Papan Tinggi, Ambar, Mahligai, Ibrahimsyah, dan satu lagi yang belum teridentifikasi.

Kompleks penemuan nisan tersebut hancur akibat penggalian tanah timbun yang dilakukan masyarakat. Diperkirakan proses itu telah berlangsung cukup lama karena kondisi bukit itu sudah hampir rata dengan tanah dan batu-batu nisan kuno itu dicampakkan begitu saja di pinggir jalan.

Menurut Ichwan, hal ini sangat disayangkan, sebab setiap batu nisan itu menyimpan informasi penting, terutama berkaitan dengan jenis batu, bentuk nisan, motif dan ornamen nisan, bahasa serta aksara yang digunakan. Hal ini menjadi bahan analisis penting untuk interpretasi sejarah kedatangan Islam di Barus dan sekaligus jejak sejarah dunia Islam pada belasan abad yang lalu.

"Hingga saat ini, masih terdapat misteri sejarah Islam di Barus. Banyak sekali mata rantai sejarah yang hilang serta terjadi diskontinuitas kurun waktu antara batu nisan. Batu-batu nisan ini dikhawatirkan hilang atau rusak serta situsnya hancur sebelum diteliti secara lintas disiplin," tukas Ichwan didampingi Repelita Wahyu Oetomo, peneliti dari Balai Arkeologi Medan.

Barus merupakan jejak penting penyebaran Islam di Indonesia sehingga situs ini dapat dioptimalkan menjadi warisan dunia. Batu nisan kuno tersebut sangat penting bagi studi sejarah dan arkeologi tampaknya dibiarkan tidak terurus. Ichwan mengecam ketidakpedulian pemerintah atas situs penting jejak sejarah dunia Islam di Barus ini. Penelantaran tersebut merupakan bukti nyata ketidakpedulian terhadap sejarah.

Areal yang saat ini dihancurkan, kemungkinan merupakan kawasan yang merupakan pemakaman dari para aulia atau para sufi zaman silam. Dugaan ini muncul dari penelitian awal yang yang menunjukkan bahwa tokoh yang dimakamkan di sana merupakan seorang syekh. Beberapa lokasi perlu dicermati antara lain adalah kompleks makam yang tersebar di Aek Dakka yang nisannya sama dengan nisan di makam Mahligai.

Secara arkeologis, temuan tersebut dinilai sangat menarik untuk membantu mengungkap latar belakang sejarah Barus pada masa lalu, mengingat sampai saat ini selain berdasarkan temuan hasil penggalian, sejarah Barus masih menemui sisi gelap terutama apabila data-data sejarah disandingkan dengan data-data arkeologis. Data-data arkeologis sampai saat ini membuktikan bahwa nama Barus setidaknya telah ada setidaknya sejak abad sebelas Masehi. Hal ini adalah berdasarkan pertulisan pada prasasti Tamil yang ditemukan di situs Lobu Tua, Barus.

No comments:

Post a Comment