BARUS SEHARUSNYA JADI CAGAR BUDAYA

28 March 2014

Barus dalam kenangan salah seorang Putra terbaiknya


Kerukunan Persaudaraan
Oleh : Saortua Marbun

Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala  meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermonyang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.(Maz 133)
Benih-benih persaudaraan masih terus tumbuh di negeri ini, sebagai contoh: Sebuah hotel di kota Makassar menyediakan dua buah kitab suci — dari dua agama yang berbeda — diletakkan berdekatan, sebelah menyebelah di atas sebuah meja persis di sebelah ranjang, di dalam setiap kamar. Pengelola hotel memberikan perlakuan dan ruang yang setara bagi kedua kitab suci tersebut. Para tamu diberi kemudahan untuk membaca kitab suci. Gagasannya unik dan patut dijadikan alternatif untuk membina kebersamaan.
Benih kedua, kearifan masyarakat di desa kelahiran saya di daerah Barus. Setiap pesta adat, resepsi pernikahan, hingga acara kedukaan; warga desa selalu menyediakan dua jenis dapur bagi para tamunya. Masing-masing dapur menyediakan menu yang berbeda dan dikelola oleh petugas yang berbeda. Dapur yang pertama disediakan bagi tamu yang tidak mengkonsumsi makanan yang haram, yang lazim disebut sebagai parsolam; sementara dapur yang kedua disediakan bagi para tamu umum dengan menu khas daerah setempat, seperti saksang, namargota. Para tamu dijamu secara ramah dan diarahkan untuk menikmati hidangan sesuai dengan selera dan norma masing-masing. Perbedaan dikelola dengan arif, kebersamaan terpelihara.
Benih ketiga, Puja Mandala di Bali. Puja Mandala adalah sebuah gagasan luhur yang menjadi kenyataan. Lima tempat ibadah yaitu Pura, Mesjid, Gereja Protestan, Gereja Katolik dan Vihara bersanding di area yang sama. Ini bukanlah mimpi, namun demikian masih tetap ada impian akan lahirnya “Puja Mandala 2, 3” dan seterusnya di dalam rumah persaudaraan dan kerukunan.
Kerukunan menjadi sangat indah karena Tuhan juga menginginkannya dan menempatkan manusia di dalam persaudaraan, sebagai keluarga global, nasional. Pemazmur menggambarkan keindahan persekutuan ini seperti acara pelantikan Harun. Harun diminyaki sebagai pertanda pemberian jabatan imam. Minyak urapan itu memberi kewenangan kepada Harun untuk menjadi pengantara umat Israel dengan Allah. Pelayanan keimaman Harun mempersatukan umat Tuhan. Keindahan ini dilukiskan seperti embun yang turun dari gunung Hermon ke Sion, dari wilayah utara menuju wilayah selatan. Kedua wilayah ini sebelumnya pernah terpisah saat kerajaan Israel terpecah. Kerukunan dan kebersamaan membawa kesejukan dan harapan menuju keutuhan. Tuhan memberkati dan menjamin kehidupan bagi umat yang hidup dalam persaudaraan.
Kerinduan Yesus agar umat-Nya bersatu senada dengan kerinduan pemazmur. Sama seperti Kristus dan Bapa adalah satu, demikian pula seharusnya seluruh umat(Yoh.17:21). Oleh karena itu, “Hendaklah Saudara-saudara saling mengasihi satu sama lain dengan mesra seperti orang-orang yang bersaudara dalam satu keluarga, dan hendaknya kalian saling mendahului memberi hormat.”(Rom 12:10 BIS) Demi persaudaraan dan kekeluargaan Indonesia yang rukun. Amin.(*)

No comments:

Post a Comment