BARUS SEHARUSNYA JADI CAGAR BUDAYA

20 December 2011

Barus Lebih Dikenal Di Malaysia Daripada Di Indonesia

Panorama Barus dilihat dari atas Bukit Makam Papan Tinggi
PUTRA BARUS - Menjadi sebuah kenyataan, Barus sebagai kota tertua sekaligus menjadi kerajaan pertama di Nusantara ini tidak diketahui oleh bangsa sendiri tetapi malah bangsa lain lebih mengetahui tentang Barus. Entah apa yang salah dengan bangsa ini sehingga "Barus Lebih Dikenal Di Malaysia Daripada Di Indonesia".
Kenyataan ini bukan hanya terjadi pada saat ini tetapi sudah sejak dahulu. Pada tahun 80an ketika penulis masih kecil dan tinggal di dekat Bukit Palinsir penulis beberapa kali melihat peneliti dari Malaysia datang untuk melakukan penelitian pada makam tersebut. Sekarang ini dengan kemajuan teknologi informasi yang semakin canggih, dimana informasi dapat diperoleh dengan cepat, Wisatawan dari Malaysia secara rutin sudah banyak yang berkunjung ke Barus untuk melihat peninggalan Islam yang ada di Barus.
Sebaliknya rakyat Indonesia sendiri khususnya yang tinggal di pulau Jawa tidak banyak yang mengetahui tentang peranan Barus dalam sejarah masuknya agama Islam ke Nusantara ini karena Sejarah Nasional tidak mencatat hal tersebut.

16 December 2011

Prof. Dr. Meutia Hatta: "Tulislah sesuatu tentang Barus karena Barus ini bagian dari kebanggaan Nasional, dan juga Jati Diri kita, identitas Nasional karena ini menunjukkan peradaban Indonesia yang lama yang mungkin juga di lupakan orang....."

Prof. Dr. Meutia Hatta
"Tulislah sesuatu tentang Barus karena Barus ini bagian dari kebanggaan Nasional, dan juga Jati Diri kita, identitas Nasional karena ini menunjukkan peradaban Indonesia yang lama yang mungkin juga di lupakan orang. Bahkan mungkin bisa menjawab apakah masyarakat Bahari itu juga ada disini. Kita selalu berpikir Indonesia Timur, tapi mungkin disini juga ada. Apalagi disini memungkinkan ada pelabuhan dan sebagainya. Ini harus ada klaim budaya, tapi klaim budaya itu baru bisa di lakukan apabila sudah ada bukti-bukti yang cukup. Jadi saya kira wartawan juga ikut mendorong. Tapi tolong juga diingatkan karena wartawan itu (pers) juga mempunyai pungsi mendidik Bangsa. Jadi tolonglah sifat "Tak Kenal Maka Tak Sayang" itu hilang dari perasaan terutama anak-anak muda kita yang duduk di SD sampai dengan Perguruan Tinggi. Jadi saya kira itu harapan saya bagi pers. Mari Pers ikut mendidik Bangsa". Demikian amanat Prof. Dr. Meutia Hatta Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) RI Bidang Pendidikan dan Kebudayaan saat kunjungan kerjanya di Barus, pada hari Jum'at 18 November 2011.

15 December 2011

Prof. Dr. Meutia Hatta Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) RI Kunjungi Barus

PUTRA BARUS - Pada hari Jumat, 18 November 2011 Prof. Dr. Meutia Hatta, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) RI bidang Pendidikan dan Kebudayaan beserta Bapak Sri Edi Swasono melakukan kunjungan kerja ke Barus.

Prof. Dr. Meutia Hatta memberikan amanat
Kunjungan ini dalam rangka menggali dan mengenal aset-aset budaya dan sejarah yang ada di Barus sekaligus melaksanakan pertemuan dengan tokoh masyarakat, tokoh adat dan agama juga para peminat sejarah Islam dan budaya di Barus. Pertemuan  diadakan di pantai Kade Tigo Desa Kedai Gedang. Disini rombongan Watimpres disambut oleh masyarakat Barus,
Salah seorang tokoh Agama Drs H Habibuddin Pasaribu dalam kata sambutannya menyampaikan terima kasih atas perhatian Prof. Dr. Meutia Hatta datang ke Barus dan berminat untuk lebih mengetahui sejarah Kota Tua Barus yang bertuah. Kata Habibuddin Pasaribu setiap pejabat, pengusaha dan masyarakat umum yang datang ke Barus pastilah terkesan dan mengenang cerita, budaya,  sejarah Islam di Barus sepanjang perjalanan hidup. Dengan kunjungan ini harap Habibuddin,  potensi dan segala sesuatu yang bisa digali dan dikembangkan dapat terwujud dengan baik, nantinya.

Diacara yang sama puteri almarhum proklamator Indonesia Bung Hatta yang datang bersama suami ini menyampaikan kesan dan pesan kedatangannya ke Barus. Beliau merasa puas dan sangat menikmati masakan Barus yang di sajikan seperti gule Pari dan Kapeh-kapeh. ”Saya baru pertama kali makan ikan Pari, ternyata  tulangnya juga bisa dimakan. Tak lupa Meutia menyampaikan kegembiraannya hari itu, karena bertepatan ulang tahun pernikahan ayah bundanya,” kesan Meutia.

10 December 2011

Makam Islam Bersejarah Menjadi Objek Wisata

BARUS menjadi terkenal di seantero jagat ini karena komoditas utamanya, yakni Kapur Barus (champhor) yang berfungsi sebagai bahan medis seperti pembalseman jenazah. Selain Kapur Barus, daerah ini juga sangat terkenal sebagai penghasil kemenyan. Nama Barus sendiri banyak tercatat dalam bahasa asing seperti Yunani, Siria, China, Tamil, Arab, Jawa, Armenia, Melayu dan bahkan dalam bahasa Eropa dalam periode yang lebih muda. Pada sebagian catatan lain, Barus dikenal juga dengan nama Pancur, yaitu alih kata Fansur. Nama ini kemungkinan diadopsi dari penyair mistis Melayu yang terkenal dengan Hamzah al Fansuri.
Barus berada di Pantai Barat Provinsi Sumatera Utara yang berjarak 63 km dari Kota Sibolga, merupakan daerah landai di antara Samudera Indonesia dan Bukit Barisan. Daerah itu dapat ditembuh dari Sibolga dengan jalan darat selama kurang lebih 2 jam. Kondisi jalan masih perlu diperbaiki karena terdapat jalan yang hancur total yang mempersulit jalur transportasi. Sementara itu, jalan dari arah Pakkat, Kabupaten Humbang Hasundutan, menuju Barus sudah hancur total dan terpaksa dilalui oleh bus besar untuk mengangkut hasil bumi. Sementara mobil keluarga, untuk sementara waktu ini disarankan melalui Sibolga untuk mengurangi risiko yang mungkin terjadi.

09 December 2011

Realisasikan Kabupaten Barus Raya

METRO SIANTAR 12 November 2011 TAPTENG- Selaku pemimpin, Bupati dan Wakil Bupati Tapanuli Tengah (Tapteng) harus mampu mewujudkan impian masyarakat Tapteng yang mengimpikan dimekarkannya kabupaten ini dengan mendirikan Kabupaten Barus Raya. Sebab selain kehendak hampir seluruh masyarakat yang ada di kecamatan-kecamatan yang mungkin tergabung dalam kabupaten tersebut, wacana pemekaran itu juga dinilai sebagai salah satu solusi dalam upaya pemerataan pembangunan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

05 December 2011

H.N. van der Tuuk Penerjemah Bible Bahasa Batak Belajar Bahasa Batak di Barus

PUTRA BARUS - Herman Neubronner van der Tuuk lahir dari ayah seorang pengacara Belanda dan ibu seorang peranakan Jerman-Jawa di Malaka,24 Oktober 1824 di kala kota pulau itu di bawah kekuasaan Hindia Belanda. Neubronner adalah nama keluarga dari pihak ibu. Ketika Traktat London (1924) mulai berlaku pada 1925, keluarga van der Tuuk berpindah ke Surabaya.

Seusai menempuh pendidikan dasar, van der Tuuk muda (sekitar 12 tahun) melanjutkan sekolah ke Belanda dan pada usia 16 tahun (1840) ia lulus ujian penerimaan di Universitas Groningen untuk studi ilmu hukum. Namun demikian ia ternyata lebih berminat mempelajari linguistika sehingga tahun 1845 pindah ke Universitas Leiden untuk memperdalam bahasa Arab dan Persia di bawah bimbingan Th. W Juynboll, saat itu seorang ahli Kearaban yang terkenal. Di samping itu ia juga mendalami Sanskrit dan bahasa Melayu.

dalam penyusunan......