BARUS SEHARUSNYA JADI CAGAR BUDAYA

About Me


PUTRA BARUS - Lahir di kaki Bukit Papan Tinggi (Tuan Diatas) Pananggahan - Barus. Sejak kecil sudah tertarik mendengar cerita tentang Barus yang diceritakan secara turun-temurun oleh orang tua.

Meski lahir dan besar di Barus,apabila dikaitkan dengan Sejarah Barus ternyata penulis bukanlah penduduk asli Barus. Leluhur penulis masuk ke Barus pada generasi ke 10 dan penulis merupakan generasi ke 15. Jika ditarik kebelakang, Kakek penulis yang merupakan generasi ke 13 lahir pada tahun 1890-an, berarti leluhur penulis masuk ke Barus adalah sekitar tahun 1700-an. Menurut ceritanya dulu pada saat itu sudah ada penduduk asli Barus.

Kakek penulis pada masa penjajahan Belanda tahun 1940 sempat menjadi "Karani" di kantor kolonial Belanda meliputi wilayah Orderafdeling Barus.

Blog ini dibuat untuk menuliskan sedikit diantara sejarah Barus yang diketahui. Khusunya Makam Papan Tinggi yang merupakan tempat bermain penulis dulu. Peranan Barus sebenarnya begitu penting bagi Nusantara ini. Barus adalah salah satu tempat yang sangat berperan dalam awal peradaban dunia ini :
  • Masuknya Budaya Batak
  • Lahirnya Agama Batak Parmalim
  • Masuknya Agama Kristen
  • Masuknya Agama Islam
  • Perbauran Budaya Melayu
Akan tetapi mengenai hal tersebut tidak banyak yang tahu karena BARUS TELAH TERLANJUR HILANG dan akhirnya hanya menjadi sebuah wilayah yang tertinggal dan terpencil. Sedangkan pemerintah sudah terlanjur membuat sejarah yang salah dengan menuliskan Kerajaan Samudera Pasai sebagai Kerajaan Islam Pertama di Indonesia.

Sekarang penulis tinggal di Kota Cirebon yang merupakan kota tempat awal masuknya Agama Islam di Pulau Jawa. Dari sejarah yang ada disini juga menunjukkan adanya kekeliruan. Ini menjadi tugas sejarawan bangsa ini, sehingga kelak generasi berikutnya mendapatkan sejarah yang sebenarnya.

Dari sejarahnya dapat kita lihat bahwa masyarakat Barus sejak dahulu kala merupakan masyarakat yang sangat terbuka. Secara monumental memang tidak banyak bukti yang bisa kita lihat di Barus. Tetapi Peradaban yang ditinggalkannya masih bisa kita rasakan hingga saat ini. Sehingga tidak salah apabila saya menyarankan "Kalau mau tahu toleransi, belajarlah ke Barus".