BARUS SEHARUSNYA JADI CAGAR BUDAYA

03 September 2011

Legenda Asal Mula Nama Aek Busuk

PUTRA BARUS - Dahulu kala di Lobu Tua, sebuah negeri yang sangat indah karena diapit oleh pemandangan yang sangat indah di sebelah Barat membentang lautan luas yang biru dan di sebelah Timur berjajar pegunungan dengan pepohonan yang hijau sedangkan di sebelah Utara dan Selatan diapit oleh dua buah sungai Aek Manso dan Aek Busuk dengan airnya yang jernih dan sejuk.
Negeri Lobu Tua dipimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksana. Penduduk Lobu Tua sangat menghormati rajanya. Tanah Lobu Tua yang subur menjadikan penghuni Lobu Tua menjadi makmur dan sejahtera. Suasana kehidupan sangat tenang dan damai di tengah kemakmuran.
Hingga pada suatu saat kedamaian Lobu Tua terusik. Kehadiran burung besar berkepala tujuh menjadikan penduduk Lobu Tua sangat ketakutan. Burung besar berkepala tujuh tersebut sangat ganas, setiap melihat asap maka asal datangnya asap akan diobrak-abrik, dan memangsa manusia apabila ada di dekat sumber asap tersebut. Ketika burung tersebut terbang menghampiri sumber asap, maka daerah dibawahnya akan gelap karena matahari akan tertutup. Burung besar berkepala tujuh tersebut mereka namakan “burung garuda”.
Penduduk Lobu Tua sangat ketakutan, memasak saja mereka tidak berani. Jika memasak mereka mengusahakan agar asap api tidak sampai keluar rumah. Mereka bingung harus berbuat apa, segala cara sudah dilakukan untuk bisa menyingkirkan burung ganas tersebut.
Suatu ketika Lobu Tua kedatangan tamu, seorang pengembara yang gagah berani dari kerajaan lain di sebelah Utara. Si Pengembara itu mengatakan bahwa dia sanggup mengalahkan burung ganas tersebut. “Ijinkan hamba untuk mengusir burung ganas itu”, demikian si Pengembara meyakinkan Raja Lobu Tua. Melihat kesungguhan pemuda tersebut akhirnya sang raja mempersilahkan si Pengembara untuk melaksanakan tugasnya.
Si Pengembara lalu meminta untuk dibuatkan sebuah “godung” atau lubang parit di tengah tanah yang lapang. Ketika penduduk membuatkan godung yang diminta, si Pengembara mengasah pedangnya yang sangat tajam. Ketajaman pedang si Pengembara itu diibaratkan, kejatuhan sehelai rambutpun maka rambut tersebut akan putus.
Setelah beberapa hari menggali akhirnya selesailah godung itu, lalu si Pengembara minta disiapkan kayu bakar yang banyak dan dimasukkan kedalam godung. Keesokan harinya si Pengembarapun memulai tugasnya. Seluruh penduduk Negeri Lobu Tua diminta untuk bersembunyi di rumah masing-masing karena dia akan memancing burung ganas tersebut untuk dating. Lalu si Pengembara masuk kedalam godung seorang diri kemudian menyalakan api, serta merta asap api mengepul membumbung tinggi ke angkasa.
Melihat asap tersebut burung ganas itu lalu datang hendak memangsa manusia yang ada disana. Ketika kepala burung itu masuk kedalam godung hendak mencari mangsanya dengan sangat tangkas si Pengembara menghunuskan pedangnya ke leher burung ganas itu. Tiba-tiba terdengar suara melengking yang sangat keras. Ternyata satu kepala burung itu telah terpotong. Lalu burung ganas itu kembali terbang kedalam hutan belantara.
Bersambung…

No comments:

Post a Comment